Thursday, February 5, 2015

7:00:00 AM
Ini adalah cerita bunda bersama anak laki-lakinya bernama Izz (3,5 th). Disuatu pagi tepatnya setelah subuh tak seperti biasanya Izz yang terkadang bangun sebelum subuh bahkan terkadang juga ikut berjamaah subuh di musholla kali ini masih terlelap dalam mimpinya. Sang bunda pun menghampiri mencoba untuk membangunkannya. Dengan sentuhannya yang lembut sembari membisikkan kata-kata dengan halusnya “Dede Izz, ayo bangun sayang… sudah semakin siang neh… kan mau sekolah” begitu bisiknya. Namun sepertinya suara bunda hanya terdengar samar di telinga Izz, dia hanya berguling-guling ke kanan dan ke kiri, bundapun dengan sabarnya terus berusaha dengan kelembutannya untuk membangunkan jagoannya.

Tak lama kemudian usaha bunda mulai membuahkan hasil, Izz mulai membuka kedua matanya meski dengan sedikit rengekan, bunda pun beranjak sambil membereskan sudut-sudut kamarnya dengan tetap mengawasi Izz yang masih bermalas-malasan diatas ranjang sembari menyanyikan lagu-lagu anak sederhana untuk menyemangati Izz agar bangun secepatnya. Tak lama berselang Izz pun terjaga dengan posisi duduk Izz mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan do’a bangun tidur yang sudah dihafalnya. Bunda pun memuji “Solehnya anakku sayang…hebat”. Lantas merekapun bercengkrama, bercanda sambil membereskan tempat tidurnya.

Saat lagi asik-asiknya bercanda tanpa disadari Izz menguap dan seketika itu bundanya langsung menyahuti saat melihatnya “Ditutup sayang…, kalau menguap ditutup mulutnya, nanti nyamuknya masuk ke mulut lho..” begitu tegur bunda sambil mencontohkan dengan tangannya. Izz pun dengan cepat menutup mulutnya pada sisa akhir menguapnya. Mereka pun kembali dengan aktivitasnya membereskan tempat tidur.

Kini bunda sedang berbenah, tangan kanannya memegang bantal sementara tangan kirinya memegang guling untuk ditata kembali di atas kasur. Entah gerangan apa bunda tiba-tiba menguap dengan tanpa menutup mulutnya, seketika itu Izz yang melihatnya pun langsung berkata “bunda, ditutup ya…” begitu celetuknya. Bunda pun secara reflek langsung melepaskan bantal yang dipegangnya dan menutup mulutnya yang menguap. Selang dari itu bunda bilang “maaf ya sayang…, terima kasih sudah mengingatkan bunda” kemudian sambil memeluk Izz bunda berkata lagi “terima kasih ya soleh… Izz hebat, lain kali kalau kita menguap harus…?” bunda dan Izz pun serempak mengatakan “menutup mulut”, ajak bunda untuk mengucap hamdallah “Alhamdulillah….”.

Hal ini mengingatkanku pada baginda Rasulullah SAW, dimana beliau adalah pelaku utama dari setiap ucapannya, beliau tidak sekedar retorika tapi beliau adalah teladan utama dan tercommit dalam setiap sunnah-sunnahnya. Menyuruh orang lain untuk berubah itu mudah, namun berubahnya seseorang oleh ucapanya kita itu tidak gampang, tapi dengan keteladanan kita, contoh konkrit nan commit dari kita Insya Allah seseorang akan dengan ikhlas lagi senang hati merubah dirinya sendiri/ melakukan hal-hal yang kita harapkan baik tanpa harus kesal, malas, dongkol maupun marah. Begitulah kiranya ceritaku kali ini semoga ada hikmah yang bisa kita petik.

0 komentar:

Post a Comment